Pengertian dan Asal Mula Kata "Tahlilan"
Dewasa ini
sebagian orang ada yang merasa alergi ketika mendengar kata tahlilan.
Setiap kata itu disebut di depannya, maka yang hadir di benaknya adalah bahwa
itu perbuatan bid’ah yang haram untuk dilakukan. Ketika diminta untuk
menyampaikan dalil pengharamannya, maka ia akan menjawab, Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam tidak pernah melakukannya dan tahlilan merupakan ajaran
agama Hindu yang diadopsi dan dimasukkan ke dalam Islam. Benarkah pendapat yang
demikian itu? Untuk menjawabnya, mari kita simak uraian demi uraian dalam buku
ini dan semoga Allah subhanahu wa ta’ala menjernihkan hati kita sehingga
kita bisa memahaminya dengan baik.
Kalau kita
membuka kamus-kamus bahasa Arab, misalnya al-Mu’jam al-Wasith, al-Munawwir dan
sebagainya, akan kita temukan bahwa tahlilan itu berasal dari kata dalam
bahasa Arab, yakni: هَلَّلَ - يُهَلِّلُ -
تَهْلِيلاًَ - أَيْ قَالَ: لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ yang
artinya membaca kalimat tauhid laa ilaaha illallaah. Kalimat tauhid
adalah kalimat persaksian yang menegaskan bahwa tidak ada Tuhan selain Allah subhanahu
wa ta’ala, dan ia termasuk ke dalam salah satu bentuk dzikir kepada Allah,
bahkan dikatakan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai dzikir yang
paling afdhal. Simaklah hadits berikut ini:
أَفْضَلُ الذِّكْرِ لاَ إِلَهَ إِلاَّ
اللهُ
“Sebaik-baik dzikir
adalah laa ilaaha illallaah” (HR Imam Tirmidzi dari Jabir bin Abdullah ra).
Selain
berdasarkan pada hadits di atas kata tahlil juga termaktub pada hadits
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang lainnya:
إِنَّ لِلَّهِ تَبَارَكَ وَتَعَالَى مَلاَئِكَةً سَيَّارَةً
فُضُلاًَ يَتَتَبَّعُوْنَ مَجَالِسَ الذِّكْرِ فَإِذَا وَجَدُوا مَجْلِسًا
فِيهِ ذِكْرٌ قَعَدُوْا مَعَهُمْ وَحَفَّ بَعْضُهُمْ بَعْضًا بِأَجْنِحَتِهِمْ
حَتَّى يَمْلَئُوْا مَا بَيْنَهُمْ وَبَيْنَ السَّمَاءِ الدُّنْيَا فَإِذَا
تَفَرَّقُوْا عَرَجُوْا وَصَعِدُوا إِلَى السَّمَاءِ قَالَ فَيَسْأَلُهُمْ اللهُ
عَزَّ وَجَلَّ وَهُوَ أَعْلَمُ بِهِمْ مِنْ أَيْنَ جِئْتُمْ فَيَقُولُونَ جِئْنَا
مِنْ عِنْدِ عِبَادٍ لَكَ فِي اْلأَرْضِ يُسَبِّحُوْنَكَ وَيُكَبِّرُوْنَكَ وَيُهَلِّلُوْنَكَ
وَيَحْمَدُوْنَكَ
Artinya: “Sesungguhnya
Allah Yang Maha Suci dan Maha Tinggi memiliki sejumlah malaikat yang terus
berkeliling mencari majelis dzikir. Apabila mereka telah menemukan majelis
dzikir tersebut, maka mereka terus duduk di situ dengan menyelimutkan sayap
sesama mereka hingga memenuhi ruang antara mereka dan langit yang paling bawah.
Apabila mejelis dzikir itu telah usai, maka mereka juga berpisah dan naik ke
langit. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam meneruskan sabdanya, “Kemudian
Allah subhanahu wa ta’ala bertanya kepada mereka, Dzat Yang Maha Tahu tentang
mereka, “Kalian datang dari mana?” Mereka menjawab, “Kami datang dari sisi
hamba-hamba-Mu di bumi yang selalu bertasbih, bertakbir, bertahlil dan
bertahmid…” (HR Imam Muslim dari Abu Hurairah ra).
Perhatikanlah hadits di atas.
Di dalamnya disebutkan kalimat wayuhalliluunaka (mereka bertahlil
kepada-Mu), yakni mereka bersama-sama mengucapkan kalimat laa ilaaha
illallaah. Dengan menyimak asal mula kata tahlilan yang berasal dari
kata tahlil yakni mengucapkan kalimat laa ilaaha illallah, maka
dapat dikatakan bahwa tahlil itu sudah dikenal dan sudah ada sejak Islam ada.
Bahkan seseorang yang hendak menganut agama Islam, maka kalimat pertama yang
harus diucapkannya adalah dua kalimat syahadat, yang satu di antaranya adalah
kalimat tahlil.
Komentar
Posting Komentar